Menjaga Ketahanan Pangan melalui Pemberdayaan Peternak Sapi Perah Lokal

Yayasan Rumah Energi (YRE), Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM), Danone Ecosystem dan PRISMA sejak tahun 2023 telah menjalankan program kolaborasi Local Milk Sourcing (LMS) yang menyasar peternak lokal dan koperasi di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Susu memiliki
peranan penting dalam ketahanan pangan, karena selain menjadi sumber nutrisi
bagi tubuh, susu juga berkontribusi pada rantai ekonomi dan sosial yang
menyokong kesejahteraan masyarakat terutama di tingkat tapak.

Sayangnya, jumlah
konsumsi susu masyarakat Indonesia masih belum memenuhi standar Food and
Agriculture Organization (FAO). Tercatat pada
tahun 2020, konsumsi susu masyarakat Indonesia baru sekitar 16,27 kg/kapita atau setara dengan 46 ml/kapita/hari. Sedangkan menurut FAO, tingkat konsumsi tersebut paling tidak sekitar 85
ml/kapita/hari.

Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian tahun 2020 menyebutkan, produksi susu
Indonesia sebesar 2,6 juta liter/hari hanya mampu menyuplai 22-23% kebutuhan
konsumsi susu nasional.

Untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, negara sangat
bergantung pada susu bubuk impor. Sedangkan, para peternak sapi perah lokal
sebagian besar belum memiliki kemampuan dalam praktik peternakan yang baik,
belum melakukan investasi pada infrastruktur, serta belum memiliki sarana
produksi ternak yang berkualitas baik.

Produksi susu lokal dihasilkan oleh
584.000 ekor sapi, dimana 40-50% populasi
sapi merupakan sapi produktif dan didominasi oleh peternak rakyat dengan
kepemilikan 2-3 ekor sapi/peternak produktif.

Kementerian
Pertanian telah mengindikasikan adanya penurunan produksi susu sejak tahun 2019-2020 menjadi 947.685 ton pada
tahun 2020.

Image

Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan nasional, meningkatkan
penghidupan para peternak sapi perah skala
kecil dan memenuhi prioritas nasional dalam memerangi stunting, pemerintah telah menetapkan target untuk sektor susu
dengan meningkatkan populasi sapi perah, produktivitas, kualitas susu, membuka akses pembiayaan, dan membangun kemitraan di industri.

Ratih Anggraeni,
Head of Climate & Stewardship Danone Indonesia
menegaskan, dengan
dukungan dan pendampingan yang tepat,
peternak sapi perah lokal memiliki
potensi yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan susu nasional.

“Danone
berkomitmen untuk menjadikan susu sebagai pangan bernutrisi yang mudah
dijangkau masyarakat, hal ini dapat tercapai dengan berbagai upaya dan adaptasi
yang berfokus pada pengembangan peternak dan koperasi susu lokal juga inovasi
dalam pemeliharaan sapi,” tegas Ratih.

Di Indonesia,
peternak sapi perah lokal menghadapi tantangan berupa rendahnya produktivitas ternak, terbatasnya pengetahuan tentang Praktik Peternakan Sapi Perah yang
Baik, terbatasnya akses terhadap pembiayaan untuk membeli dan meningkatkan
kualitas sarana produksi ternak serta terbatasnya akses terhadap praktik dan
teknologi pengelolaan limbah.

Faktor lain yang menjadi
tantangan adalah produksi
susu yang menurun
akibat adanya wabah Penyakit
Mulut dan Kaki (PMK) yang berdampak pada kematian sapi dan produksi
susu menurun hingga 40%.

Selain itu, sanitasi yang buruk pada kandang sapi akibat kotoran yang
tidak dikelola menimbulkan dampak pencemaran air dan tanah, serta gas rumah
kaca. Berbagai keterbatasan yang dihadapi
peternak tersebut
berpengaruh pada rendahnya kualitas susu
yang dihasilkan.

Dalam konteks
Indonesia, peternak sapi perah sangat bergantung pada
koperasi lokal dalam hal pendanaan, pengelolaan bisnis, dan berbagi pengetahuan. Meskipun demikian, koperasi lokal juga menghadapi tantangan
serupa yaitu terbatasnya kapasitas pengelolaan peternakan dan kesehatan, model bisnis, pengelolaan keuangan dan organisasi. Karena ketergantungan ini, intervensi
perlu dilakukan pada kedua pihak.

Yayasan Rumah Energi (YRE),
Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM), Danone Ecosystem
dan PRISMA sejak tahun 2023 telah menjalankan program kolaborasi Local Milk Sourcing (LMS) yang menyasar
peternak lokal dan koperasi di Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY).

Program LMS memiliki beberapa sasaran spesifik,
diantaranya: 1) Meningkatkan kapasitas dan pengetahuan bagi koperasi dan
peternak dalam praktik peternakan yang baik
dan peningkatan bisnis susu; 2) Penguatan infrastruktur untuk memperkuat
pengelolaan usaha susu
segar, pencatatan digital terkait susu, ternak dan kesehatan
hewan; 3) Uji coba dan inovasi untuk meningkatkan
efisiensi kerja, produktivitas, dan peningkatan kualitas kerja peternak; serta
4) Peningkatan pengelolaan lingkungan bagi peternak sapi perah skala kecil
melalui biogas untuk mengurangi limbah kotoran ternak dan emisi metana.

Sumanda Tondang,
Direktur Eksekutif Yayasan
Rumah Energi
menjelaskan, sejak dimulainya
proyek pada Januari 2023, LMS telah melakukan intervensi pada penerapan Praktik
Peternakan Sapi Perah yang Baik atau Good
Dairy Farming Practices
.

“Melalui
program LMS ini kami memberikan
pelatihan dan pendampingan intensif kepada peternak sapi perah lokal untuk
meningkatkan produktivitas serta kualitas susu yang dihasilkan. Selain itu,
kami juga memfasilitasi 3 (tiga) koperasi lokal untuk peningkatan kapasitas melalui
rangkaian kegiatan pelatihan, memberikan akses energi terbarukan biogas,
serta pengadaan sarana penunjang unit
pengolahan susu dan juga peternakan,
karena tidak dapat dipungkiri
bahwa koperasi memiliki peranan penting dalam rantai
bisnis susu khususnya di tingkat tapak. Harapannya program LMS ini akan
membantu peternak untuk mencapai ketahanan pangan dan energi.” jelas
Sumanda.