Ahli Gizi SPPG “Curahpoh Curahdami 03” Lakukan Tindakan Preventif Kritis Jamin Keamanan Makanan Bergizi Gratis

BONDOWOSO| Lensarakyat.id – Dalam program bantuan sosial seperti Makanan Bergizi Gratis, fokus publik seringkali tertuju pada nilai gizi dan keterjangkauan, namun, ada sebuah tindakan preventif kritis dan sederhana yang dilakukan di balik layar untuk memastikan manfaat program tersebut agar tidak berubah menjadi malapetaka.

Pengukuran suhu masakan, menurut, Rizki Amelia Firdaus, Ahli Gizi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Curahpoh Curahdami 03 Desa Penambangan Kec. Curahdami, tindakan ini bukan sekadar formalitas, melainkan benteng pertahanan pertama dalam menjamin food safety atau keamanan pangan, tujuannya jelas yakni memastikan bahwa hidangan bergizi yang diberikan gratis tidak hanya memenuhi standar nutrisi, tetapi juga AMAN untuk dikonsumsi oleh penerima manfaat, seperti para Siswa.

Ketua SPPG Curahpoh Curahdami 03 Nurholis, S. P.d (fto dok bam”z)

“Kami tidak bisa hanya melihat makanan sudah matang dan beraroma lezat. Standar keamanan itu non-negosiable dan Pengukuran suhu adalah cara kami memastikan bahwa bakteri patogen penyebab penyakit sudah benar-benar mati dan tidak punya kesempatan untuk berkembang biak.”ujar Rizki Amelia Firdaus sabtu (31/10/2025).

BACA JUGA :
Babinsa Koramil 0822/01 Bondowoso Kawal Pendistribusian Paket MBG Guna Tingkatkan Kesehatan Siswa-siswi

Ia juga menambahkan kalau dalam pelaksanaannya, tim gizi menerapkan protokol yang ketat, pengukuran suhu dilakukan pada dua titik kritis, Pertama yakni setelah proses memasak: setiap hidangan harus mencapai suhu minimal 74°C di bagian terdalamnya, suhu ini diyakini mampu membunuh sebagian besar bakteri berbahaya seperti Salmonella dan E. coli.

BACA JUGA :
1.583 Siswa di Curahdami Terima Makanan Bergizi Gratis Berkat Inisiatif SPPG Desa Penambangan

“Ke dua sebelum pendistribusian: Makanan yang telah dimasak tidak boleh dibiarkan dalam “Zona Bahaya” (5°C – 60°C) dalam waktu lama, oleh karena itu, sebelum dikemas dan dikirim, suhu makanan harus diperiksa kembali untuk memastikannya tetap di atas 60°C, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri, dan Jika suhu tidak sesuai standar, kami tidak akan mengizinkan makanan tersebut didistribusikan, ini adalah bentuk tanggung jawab kami,”imbuhnya.

Sementara itu, Ketua SPPG Curahpoh Curahdami 03 Desa Penambangan Nurholis, S. P.d., menuturkan kalau tindakan preventif ini memiliki dampak yang sangat nyata, dengan memastikan keamanan makanan, program ini tidak hanya memberikan asupan nutrisi, tetapi juga secara aktif mencegah kejadian keracunan makanan massal yang dapat membebani fasilitas kesehatan dan merugikan masyarakat.

BACA JUGA :
Polda Jatim Berhasil Ungkap Manipulasi Data Modus MBG, Tersangka Asal Nganjuk Diamankan

“Tujuan akhir dari program makanan bergizi adalah meningkatkan status kesehatan dan gizi penerima, mustahil mencapai tujuan itu jika makanan yang diberikan justru menimbulkan penyakit, oleh karena itu, keamanan pangan dan gizi berjalan beriringan, keduanya adalah dua sisi dari mata uang yang sama.”tuturnya.

Dan melalui langkah sederhana seperti menancapkan termometer makanan ke dalam rendang, sayur, atau lauk pauk lainnya, “Tim gizi dapat memastikan bahwa bantuan sosial yang diberikan bukan hanya sebatas pemenuhan kewajiban, tetapi benar-benar sebuah intervensi kesehatan yang bertanggung jawab dan bermartabat,”Pungkas Nurholis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *