SITUBONDO, | LENSARAKYAT.ID — Di tengah teriknya kemarau yang mengeringkan lahan, jeritan pilu datang dari petani di Desa Sumberejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo. Jumat, 12 September 2025.
Mereka menuding sejumlah oknum petugas ulu-ulu air atau sublok sengaja memanfaatkan kondisi ini untuk keuntungan pribadi, dengan menjual air ke desa tetangga. Akibatnya, sawah-sawah di Desa Sumberejo justru kekeringan.
“Kami sangat dirugikan. Sawah kami kekurangan air, padahal air dari hulu tidak pernah surut,” keluh Suyitno, salah satu petani yang merasa geram.
Ia mengaku sering memergoki praktik terlarang ini. “Mereka menjual air ke desa lain, seperti Kertosari dan Sopet, dengan harga bervariasi dari Rp 400 ribu hingga Rp 700 ribu. Ini sudah berlangsung cukup lama.” ungkapnya.
Menanggapi hal ini, Suyitno dan para petani lain bertekad untuk tidak tinggal diam. “Praktik jual air ini akan segera saya laporkan ke aparat penegak hukum agar kami para petani mendapatkan keadilan,” tegasnya.
Namun, saat dikonfirmasi, Ketua Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Sumber Wangi, Sutikno, justru membantah tuduhan tersebut. “Tidak ada masalah kok dari petani Sumberejo, baik saluran satu dan saluran dua tidak ada keluhan,” ujarnya.
Saat ditanya lebih lanjut soal dugaan penjualan air, ia mengaku tidak tahu menahu. Pernyataan ini sontak menuai kecaman dari para petani yang merasa kesaksiannya diabaikan.







